Cerita rakyat Batu Menangis dari Kalimantan Barat mengandung pesan moral mendalam tentang bakti kepada orang tua dan akibat buruk dari sikap durhaka
Map: Cek Lokasi Alamat: Pangkalan Teluk, Kec. Nanga Tayap, Kab. Ketapang, Kalimantan Barat. |
Tradisi dan budaya di Indonesia memang terkenal dengan ciri khas keberagaman yang khas. Dari banyaknya pulau yang berjejer di negara ini, masing-masing pulau atau daerah pasti memiliki tradisi dan budaya yang berbeda.
Dimana tradisi dan budaya tersebut terkadang dipengaruhi oleh kebiasaan, adat, dan kepercayaan masyarakat setempat.
Penyebaran tradisi dan budaya dalam masyarakat bisa melalui banyak media, salah satunya adalah cerita rakyat. Yang mana cerita rakyat ini berisi narasi tentang suatu kisah yang disebarkan secara lisan dan turun-temurun.
Walaupun banyak dimodifikasi, tetapi garis besar cerita rakyat pasti sama. Salah satunya adalah Legenda Batu Menangis yang berasal dari Kalimantan Barat.
Sekilas Tentang Batu Menangis
Jika berbicara tentang cerita rakyat, terutama yang berupa legenda, Indonesia punya sederet legenda yang sudah populer di masyarakat.
Rasanya setiap daerah pasti punya legenda, bukan? Termasuk Pulau Kalimantan. Pulau yang dijuluki Borneo oleh para kolonial ini memiliki luas wilayah yang besar, menjadi pulau terbesar ketiga yang ada di Indonesia.
Karena itu, banyak masyarakat yang berasal dari berbagai macam etnis mendiami pulau tersebut. Beberapa etnis tersebut seperti Dayak, Banjar, Melayu, dan Tionghoa.
Hal itu pun mempengaruhi tradisi dan budaya yang tersebar di pulau tersebut. Misalnya budaya rakyat yang berbentuk lisan seperti bahasa dialek, sajak, peribahasa, hingga legenda.
Nah, tahukah kamu, di daerah Kalimantan Barat ada sebuah legenda yang populer di kalangan masyarakat. Apakah itu? Ada yang dinamakan Legenda Batu Menangis, yaitu sebuah kisah tentang sepasang ibu dan anak yang mendiami kawasan tersebut di masa lampau. Legenda tersebut diceritakan secara turun-temurun oleh masyarakat setempat.
Tidak hanya sekedar sebagai budaya lisan saja, namun legenda ini juga menyimpan banyak pesan moral yang bisa diambil oleh pendengarnya.
Terlebih, dari legenda tersebut, kemudian muncul sebuah tempat yang digadang-gadang sebagai titik dimana tokoh cerita mendapatkan karmanya. Sungguh sangat menarik, bukan? Jika kamu penasaran akan legenda tersebut, simak di bawah ini ya!
Legenda Batu Menangis
Alkisah pada zaman dahulu kala, hidup seorang janda dan anak gadisnya di suatu desa di kawasan Kalimantan Barat. Nama anak gadis tersebut adalah Darmi.
Ia adalah gadis yang punya wajah cantik jelita, konon setiap laki-laki yang memandangnya pasti akan jatuh cinta. Ia hanya hidup berdua bersama sang ibu yang hanya seorang janda.
Namun, kecantikan yang dimiliki oleh Darmi tidak selaras dengan tingkah lakunya. Alih-alih menjadi anak yang berbakti untuk membantu ibunya, ia malah menjadi gadis pemalas dan manja yang hanya tau bersolek saja.
Pekerjaan sehari-harinya hanya di depan cermin sambil mengagumi kecantikan wajahnya saja tanpa mau melakukan pekerjaan apapun.
Ia tidak peduli ibunya yang harus bekerja keras setiap hari di ladang untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka berdua. Bahkan kondisi ibunya sangat memprihatinkan, beliau menjadi kurus dan tidak terawat. Sangat berbanding dengan anak gadisnya yang hanya di rumah dan punya penampilan seperti putri kerajaan.
Darmi juga seringkali berperilaku kurang baik, ia sering meminta uang kepada ibunya tanpa malu. “Ibu, aku ingin membeli alat rias,” katanya suatu hari.
Ibunya tidak memberikan uang tentu saja, mengingat kondisi ekonomi mereka yang serba kekurangan. Akan tetapi gadis itu terus merengek dan memaksa sang ibu, akhirnya ibunya hanya bisa mengiyakan saja.
Akhirnya pada suatu hari, sang ibu mengajak Darmi untuk berbelanja ke pasar. Akan tetapi, gadis itu sudah mewanti-wanti ibunya untuk berjalan agak jauh dari dirinya. Ia tidak mau dekat-dekat dengan beliau karena penampilannya yang kumuh dan tidak terawat. Ia bahkan berjalan agak cepat agar berjarak jauh dari sang ibu.
Karena Darmi dan ibunya tinggal jauh dari pemukiman warga, maka banyak orang yang terheran-heran dengan kedatangan mereka berdua menuju pasar.
Para lelaki bahkan bertanya-tanya, siapa gerangan gadis cantik jelita itu? Kenapa ia tidak pernah terlihat di daerah itu. Darmi yang besar kepala pun lalu tersenyum dan terus melangkah, tanpa memperdulikan ibunya yang menyusul berjalan di belakangnya.
Hingga ada satu orang yang bertanya, “Siapa yang berjalan di belakangmu itu gadis cantik? Apakah itu ibumu?” tanya orang itu.
Pasalnya sang ibu yang penampilannya jauh berbeda dari gadis itu berjalan di belakangnya dengan terseok-seok, cukup lelah karena menyusul anaknya yang berjalan sangat cepat. Darmi pun menjawab dengan lugas, “Tentu bukan, ia adalah pembantuku.”
Ibu Darmi yang mendengar hal itu merasa sakit hati, namun beliau tetap diam saja. Hingga beberapa orang bertanya hal yang sama dan jawaban gadis itu tetap sama.
Ia tega menyebut ibunya sendiri sebagai seorang pembantu. Terlebih kondisi sang ibu yang berjalan sambil membawa keranjang belanja, sementara ia berjalan tanpa kesusahan membawa apapun.
Karena sudah tidak tahan dengan perilaku dan perkataan anak gadisnya, akhirnya sang ibu berhenti. Beliau duduk seraya berdoa kepada Tuhan, “Tuhan, tolong hukum anakku yang durhaka tersebut.
Mohon maaf aku belum bisa mendidiknya dengan benar,” doa sang ibu dalam diam. Sontak keterdiaman itu membuat Darmi panik.
Ia segera berbicara kepada ibunya, “Ibu, apa yang engkau lakukan? Ayo segera melanjutkan perjalanan,” katanya. Akan tetapi, sang ibu hanya diam dan terus berdoa.
Tak lama setelah itu, muncul badai petir di langit, kondisi saat itu sangat mencekam. Darmi yang ketakutan hanya bisa menangis. Apalagi tubuhnya lama-kelamaan berubah menjadi batu.
Ia kemudian sadar perilakunya membuat hati sang ibu sakit dan kemudian mengutuknya. Ia pun langsung memohon ampun pada beliau, “Ibu, tolong maafkan aku! Maafkan aku!” katanya sambil menangis histeris. “Aku berjanji akan menjadi anak yang baik dan berbakti, Ibu!” ucapnya putus asa.
Namun permohonan tersebut tentu saja sia-sia. Sang ibu sudah terlanjur sakit hati dan tidak tahan dengan anak gadisnya itu. Darmi pun berubah sepenuhnya menjadi batu, namun karena ia terus menangis, batu itu pun ikut menangis tanpa henti. Yang kemudian batu itu disebut dengan Batu Menangis.
Pesan Moral dari Legenda Batu Menangis
Setelah membaca Legenda Batu Menangis, apa pesan moral yang kira-kira terkandung di dalamnya? Ya, betul. Kita harus berbakti kepada orangtua, terutama ibu.
Kita harus menghormati dan menyayangi ibu kita, karena beliau adalah sosok yang paling berjasa dalam hidup kita. Dari bayi hingga dewasa, ibu yang paling banyak mengurus kita.
Dari legenda tersebut, kita bisa memetik pelajaran bahwa sekalinya kita menyakiti hati ibu maka bisa berakibat fatal. Untuk itu, kita harus selalu menghormati dan menyayangi ibu. Lebih baik lagi, jika kita bisa membantu dan meringankan beban ibu. Bisa dengan hal kecil seperti membantu mengerjakan pekerjaan rumah.
Pasti kita tidak mau kan kalau mengalami nasib yang sama seperti sosok Darmi itu, yang harus dikutuk menjadi batu karena durhaka pada ibunya.
Walaupun hal itu mustahil terjadi saat ini, namun tetap tidak dibenarkan untuk menjadi anak yang durhaka kepada ibunya. Legenda Batu Menangis ini mengajarkan kita agar senantiasa menghormati ibu.